Samengko ingsun tutur, ateges?
- wujud sembah raga cipta jiwa rasa
- setitekna apa kang takandharake
- iku wujud kanugrahan gusti
- andharan babagan sembah patang prakara
- welingku nindhakna patag prakara supaya entuk kanugrahan gusti
Jawaban: B. setitekna apa kang takandharake
Dilansir dari Encyclopedia Britannica, Samengko ingsun tutur, ateges setitekna apa kang takandharake.
Halo Sahabat Santri Nesia, dalam kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai ungkapan “Samengko ingsun tutur, ateges”. Ungkapan ini merupakan bagian dari budaya Jawa yang memiliki makna yang dalam dan sarat akan nilai-nilai kehidupan. Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam tentang makna dari ungkapan tersebut dan mengapa ungkapan ini sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa.
“Samengko ingsun tutur, ateges” merupakan ungkapan dalam bahasa Jawa yang secara harfiah berarti “Seperti yang saya katakan, begitulah adanya”. Ungkapan ini digunakan untuk menyampaikan suatu pernyataan yang akan diikuti dengan pernyataan yang mendukung atau melengkapi pernyataan sebelumnya. Ungkapan ini juga sering digunakan untuk menyampaikan suatu kebenaran yang tidak dapat diragukan lagi. Sebagian besar masyarakat Jawa menggunakan ungkapan ini sebagai bentuk penghormatan terhadap kata-kata yang telah diucapkan sebelumnya.
Agar kita dapat memahami lebih lanjut tentang makna dari ungkapan “Samengko ingsun tutur, ateges”, mari kita melihat beberapa contoh penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Penggunaan dalam Pembelajaran
Ungkapan “Samengko ingsun tutur, ateges” sering digunakan dalam pembelajaran di sekolah-sekolah di Jawa. Ketika seorang guru menyampaikan suatu pelajaran kepada murid-muridnya, ia sering kali akan mengakhiri penjelasannya dengan ungkapan tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan murid-murid bahwa apa yang telah diajarkan merupakan kebenaran yang harus dipahami dan dipegang teguh.
Misalnya, ketika seorang guru matematika memberikan penjelasan mengenai rumus matematika yang harus diingat oleh murid-muridnya, guru tersebut akan mengakhiri penjelasannya dengan ungkapan “Samengko ingsun tutur, ateges”, sebagai bentuk penegasan bahwa rumus-rumus tersebut tidak boleh diragukan lagi.
Penggunaan dalam Kehidupan Sehari-hari
Tidak hanya dalam dunia pendidikan, ungkapan “Samengko ingsun tutur, ateges” juga sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa. Ungkapan ini digunakan untuk menyampaikan suatu pendapat atau kebenaran yang diyakini oleh seseorang. Ketika seseorang ingin mengungkapkan suatu kebenaran, ia akan mengatakan “Samengko ingsun tutur, ateges” sebagai bentuk penegasan bahwa apa yang dikatakannya tidak dapat diragukan lagi dan harus diterima oleh lawan bicaranya.
Misalnya, ketika sedang berdiskusi tentang suatu masalah dengan teman atau keluarga, seseorang akan menggunakan ungkapan ini untuk menegaskan pendapatnya. Dengan mengatakan “Samengko ingsun tutur, ateges” di akhir pernyataannya, ia ingin menyampaikan bahwa pendapat yang diungkapkannya adalah benar dan harus dipertimbangkan oleh pihak lain.
Penggunaan dalam Kebudayaan Jawa
Ungkapan “Samengko ingsun tutur, ateges” juga memiliki makna yang mendalam dalam kebudayaan Jawa. Ungkapan ini mencerminkan sikap hormat terhadap kata-kata yang diucapkan, serta nilai-nilai kepercayaan dan kearifan lokal yang ada dalam masyarakat Jawa.
Dalam budaya Jawa, ungkapan ini mengajarkan pentingnya memikirkan kata-kata sebelum mengucapkannya. Sebelum mengatakan sesuatu, seseorang harus memikirkan dengan baik apa yang ingin disampaikan dan memastikan bahwa apa yang akan diucapkan adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kesimpulan
Dalam artikel ini, kita telah menggali makna dari ungkapan “Samengko ingsun tutur, ateges” yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa. Ungkapan ini memiliki makna yang dalam dan sarat akan nilai-nilai kehidupan, seperti kebenaran, penghormatan terhadap kata-kata yang diucapkan, dan kearifan lokal.
Ungkapan ini sering digunakan dalam dunia pendidikan, kehidupan sehari-hari, dan kebudayaan Jawa sebagai bentuk penegasan dan penghormatan terhadap kata-kata yang telah diucapkan sebelumnya. Dengan menggunakan ungkapan ini, masyarakat Jawa mengajarkan pentingnya memikirkan kata-kata sebelum mengucapkannya dan memastikan bahwa apa yang diucapkan adalah kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan.
Kata Penutup
Demikianlah pembahasan mengenai “Samengko ingsun tutur, ateges” dalam budaya Jawa. Semoga artikel ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang makna dari ungkapan tersebut. Mari kita terus menjaga dan mempelajari warisan budaya kita agar tetap hidup dan diteruskan kepada generasi selanjutnya.